SALAH satu usaha kecil di Kabupaten Batang yang potensial untuk dikembangkan adalah rambak kulit ikan. Adalah Intan Mina Bahari perusaahaan pembuatan rambak atau kerupuk milik Abdul Mufid Syafii yang beralamat di Jl RE Martadinata 448 Batang yang kini produksinya selalu dicari orang.
Kerupuk rambak kulit ikan tidak hanya enak untuk lauk makan. Tapi juga untukcemilan, karena rasanya gurih, di samping itu tipis. Mufid menjelaskan usaha itu sudah digelutinya sejak tahun 1992. Bermula dari usaha memanfaatkan kulit ikan yang tidak terbuang.''Awalnya saya hanya mencoba-coba, karena melihat banyak kulit ikan yang dibuang. Karena ikan-ikan laut kebanyakan diambil dagingnya, sedangkan kulit dan duri serta kepala banyak yang dibuang,'' ujar dia.
Namun lambat laun, hasil uji cobanya itu dikembangkan menjadi industri rumah tangga. Hal itu dilakukan saat dia mengirimkan ikan ke pabrik pengalengan di Sidoarjo, meminta agar kulitnya dikembalikan ke Batang.
''Pembuatannya sangat mudah. Kulit ikan dibersihkan kemudian direndam dalam air yang sudah diberi bumbu. Selanjutnya dikeringkan, dan baru digoreng.''
Bumbu untuk rambak kulit ikan hanyalah ketumbar, bawang, dan salam sedikit. Setelah kering seratus persen baru bisa digoreng.
Tidak semua jenis ikan bisa dibuat rambak. Karena kulitnya berbeda-beda, tergantung dari jenis ikan.''Yang paling mudah dan enak hanya kulit kakap merah dan putih serta kulit ikan tuna. Lainnya, mudah sobek atau ada yang kalau kering tidak bisa mengembang.''
Pada awal produksi 1 kg/kerupuk rambak kulit ikan dijual Rp 8.000. Sekarang ini sudah mencapai Rp 60.000/kg.
Sedangkan pemasarannya sudah melebar sampai beberapa kota besar di Pulau Jawa. Hanya saja, kendala yang dihadapinya pun bermacam-macam.
''Terus terang kami kesulitan dalam pemasaran, padahal permintaan sangat banyak. Buktinya, dalam Festival Orari kemarin banyak yang memborong,'' ujar Mufid.
Pengepakan
Kendala lainnya, katanya adalah proses pengepakan setelah jadi. Sehingga, bisa menjadi barang yang kemedol. Karena selama ini kerupuk rambak buatannya hanya dibungkus secara sederhana.Pemasarannya pun kini dilakukan dengan mengirmkan ke warung-warung makan seperti bakso dan mi ayam. Disamping itu di toko makanan di Batang dan Pekalongan.
''Kami ingin kerupuk kulit asli Batang ini bisa kemedol. Saat paling mengesankan tahun 1994 ketika Pak Gubernur Suwardi mampir dan memborong kerupuk.''
Di warungnya selain menjual kerupuk kulit ikan juga menjual ikan asin, dan hasil industri perikanannya lainnya.
Lebaran merupakan musim panen bagi dirinya. Karena banyak yang memborong. ''Kalau Lebaran banyak yang memborong untuk oleh-oleh. Sehingga, saya harus mendatangkan bahan baku yang banyak.''
Sri Cahyaningrum SS pembeli dari Gringsing yang saat itu kebetulan sedang memborong kerupuk.
''Saya selalu menyiapkan kerupuk rambak dari kulit ikan. Selain anak kebetulan sangat senang, juga kalau pas nonton sinetron sambil ngemil makan, kok rasanya nikmat. Selain rasanya gurih dan juga kemripik.''
Dia menambahkan, rasa kerupuk rambak kulit ikan buatan Intan Mina Abadi layak untuk dikembangkan menjadi produk unggulan. Hal dengan pertimbangan, Batang mempunyai banyak pabrik pengolahan ikan. (Arif Suryoto-20)
sumber :